Saturday, November 21, 2020

"Sebuah teka-teki" Review Buku Si Anak Pintar

 Halo semuanya, aku balik lagi. Setelah me-review buku Si Anak Kuat, kali ini aku akan me-review buku lain dari series Anak-Anak Mamak karya Tereliye, yaitu Si Anak Pintar. Buku ini bercerita tentang  seorang anak bernama Pukat dan seperti kata judulnya, kepintarannya. Bila kalian ingin tahu, ya, Pukat bersaudara dengan Amelia.

Pertama aku ingin memberi  tahu kalian tentang “kepintaran” Pukat. Dia memang jenius dalam sisi akademis, yang walaupun bandel dan sering main, entah kenapa bisa ranking 1. Tetapi selain itu dia juga memiliki jenis “pintar” yang berbeda. Dia sangat hebat dalam memecahkan masalah, memiliki intuisi yang bagus, dst. Kalo sebutan gaulnya dia tuh street smart.

Kita pertama melihat display kepintaran Pukat tepat di awal cerita, ketika ia menangkap segerombolan perampok di kereta yang dinaiki olehnya dan ayahnya. Para perampok mematikan lampu kereta, mereka memiliki pisau dan senjata api, bagaimana menangkapnya? Mereka bisa dengan mudah berbaur dengan penumpang lain ketika lampu kembali menyala. Untungnya, Pukat memiliki ide ketika dia dan ayahnya  sedang ditodong ia menaburkan sesuatu yang berbentuk bubuk dan berbau sangat menyengat. Ketika kereta berhenti, seperti dugaan semua orang para perampok sudah berbaur dengan penumpang yang lain. Namun, ada 2 perampok yang berbeda dari yang lain, 2 perampok ini berbau kopi! Pukat telah menaburkan bubuk kopi ke celana dan sepatu 2 perampok yang menodongnya dan ayahnya. Dengan cepat polisi menemukan kedua perampok dengan sepatu berbau kopi, dan setelah “interogasi” (digebukin) 2 orang itu memberi tahu polisi siapa geng merekasehingga berhasil diringkus.

Setelah kejadian perampokan di kereta kita melihat kehidupan sehari-hariPukat. Masuk sekolah, bermain dengan teman baiknya, Raju, dan bandel bareng adiknya, Burlian. Hal-hal normal lah, selama beberapa bab pertama kepintaran Pukat belum terlalu terlihat. Dia membuat perahu otok-otok sendiri dengan kaleng yang yah, memang keren, tapi belum jenius. Pukat terlalu sibuk berseteru dengan Raju tentang shio (tahun kelahiran Cina) untuk melakukan hal jenius. 

Pukat baru menunjukkan kecerdikannya ketika Nayla, adik Ahmad (temannya) sakit. Dan sakitnya parah, harus selalu diurus. Dan bila kalian ada yang sudah menerka, tidak….Pukat tidak akan mencari/membuat obatnya, buku ini tidak se-tidak realistis itu. Masalahnya di sini bagi Pukat adalah, selain Nayla  sakit, ibu Ahmad buka warung di depan sekolah, dan warung itu sudah menjadi semacam penyelamat bagi para siswa. Yang bolpennya kehabisan tinta di tengah ujian, yang makan siangnya ketinggalan di rumah, dst dst. Dan sekarang karena Nayla sakit, ibu Ahmad tidak bisa menjaga warung yang sudah seperti world heritage bagi anak-anak sekolah. Pukat tidak bisa membiarkan ini terjadi. Kalau warungnya tutup bagaimana dia akan membeli cemilan? (Kalau dipikir-pikir remeh juga ya alasannya wkwkwk). Pukat memutar otak, pasti ada suatu cara agar warung ibu Ahmad tetap buka. Dia menghabiskan beberapa hari berpikir, dan selama beberapa hari itu pula tidak ada anak sekolah yang bisa jajan.

Akhirnya, Pukat menemukan solusiyang unik. Bukan menyewa penjaga warung, bukan juga warungnya dijaga oleh anak-anak, tapi solusinya adalah sebuah kaleng. Kaleng yang sejak ditaruh diberi julukan “kaleng kejujuran”. Sekarang tidak ada lagi yang menunggu warung, yang ada hanyalah kaleng tempat menaruh uang. Agar ini berhasil, semua yang memakainya harus jujur, tidak ada yang hanya mengambil dan tidak membayar, atau mengambil uang dari kaleng. Yah, metode ini walau tidak sempurna adalah metode paling baik. Suatu kali ada uang kurang 200 perak, gorengannya ilang, tapi duitnya tidak ada dan selama beberapa hari anak-anak satu sekolah tidak ada yang saling percaya. Ternyata yang mencuri orang dari kampung sebelah pula, katanya sih tidak paham cara kerja warungnya, katanya. Lalu ada suatu ketika, kalengnya hilang, sudah bukan satu sekolah lagi geger tapi satu kampung geger! Pukat pikirannya langsung kemana-mana apakah ada yang mencurinya? Apakah anak sekolah? Atau orang kampung? Kebingungan Pukat berakhir ketika dia melihat Can, temannya, berjalan menuju warung dan menaruh kalengnya kembali di atas meja, Can terlihat kebingungan ketika semua orang melongo kepadanya “aku cuman pinjam kaleng buat main layangan”. Setelah satu desa puas menertawai Can karena kebodohannya, kehidupan Pukat tenang kembali, dengan warung berjalan lancar, dan hidup yang tenang–tenang  saja.

Suatu hari dia pergi mengunjungi  rumah Wak Yati, bibi mereka. Setiap dikunjungi, Wak Yati selalu mendongeng atau memberi teka-teki. Hari ini tidak begitu berbeda Wak Yati memberi Pukat sebuah teka-teki,“Langit tinggi bagai dinding, lembah luas ibarat mangkuk, hutan menghijau seperti zamrud, sungai mengalir ibarat naga, tak terbilang kekayaan kampung ini. Sungguh tak terbilang. Lantas, apakah harta karun paling berharga di kampung?”  Pukat dengan logikanya langsung mencari-cari kira-kira apa barang paling berharga di kampung, dari sapi sampai sawah. Wak Yati hanya menertawakannya dan menyuruhnya lanjut mencari. Pukat kebingungan, biasanya setelah beberapa hari Wak Yati memberikan jawaban  teka-teki nya, atau ia menemukan jawabannya. Ketika Pukat bingung menanyai Wak Yati beberapa hari kemudian, Wak Yati malah bilang bahwa dia berharap Pukat tidak pernah menemukan jawabannya. Pukat tidak kunjung menemukan jawaban teka-teki itu, hingga suatu hari ketika penduduk kampung hendak merenovasi masjid, ditemukan 4 peti didalam loteng masjid. Dua diantaranya mengandung harta, koin perak dan emas, satu mengandung buku, dan satu lagi mengandung buku juga, tapi dalam bentuk yang berbeda, seperti gulungan.


Setelah dibaca oleh Wak Yati (satu-satunya orang di kampung yang bisa bahasa belanda) terungkap bahwa gulungan-gulungan itu adalah catatan yang ditinggalkan oleh Meneer Van Houten, seorang komandan perang Belanda yang dikejar oleh Jepang dan berhenti di desa untuk karena ingin merawat istrinya yang sakit. Sempat terjadi cekcok antara Van Houten dan penduduk desa karena penduduk desa enggan menolong orang yang dulu menjajah tanah mereka. Pengawal Van Houten dan penduduk desa saling todong.  Bila tidak ditenangkan Salehuddin Pasai (kakek Pukat), pertarungan mungkin sudah pecah. Van houten merawat istrinya yang sakit selama beberapa hari di desa, tapi sayangnya tentara Jepang menemukan desa dan pertempuran pecah. Tentara Jepang berhasil dibuat mundur, tapi 3 tentara Van Houten gugur dan Jepang sepertinya akan melakukan serangan lagi. Setelah berdiskusi dengan Salehuddin, Van Houten membuat pilihan. Dia akan sendirian mengalihkan perhatian tentara Jepang, sementara istri dan anaknya melarikan diri. Ia menitipkan barang-barangnya kepada Salehuddin, dari emas perhiasan, sampai buku-buku berisi ilmu. Yang penting harta paling berharganya selamat. Itu adalah catatan terakhir Van Houten.


Setelah Wak Yati selesai membaca Pukat langsung menghampririnya, dan mengatakan kepada Wak Yati bahwa harta paling berharga di kampung adalah 4 kotak itu. Mendengar jawaban itu Wak Yati kecewa, Pukat yang ingin mempertahankan logika jawabannya mengatakan bahwa Van Houten menyelamatkan 4 kotak berisi harta paling berharganya.  Wak Yati hanya membalas dengan mengatakan bahwa Pukat kurang teliti membaca catatannya. Pukat bengong, untuk sekarang, ia belum paham bahwa seluruh masa kecilnya, sejatinya adalah jawaban bagi teka-teki Wak Yati.


Kalau kalian para pembaca gimana? Apakah sudah bisa menyimpulkan jawaban teka-teki Wak Yati? Atau masih terbengong-bengong seperti Pukat. Kalau yang sudah bisa menjawab, selamat. Kalau yang belum, jangan khawatir, di kelanjutan bukunya nanti akan ada banyak petunjuk  jawabannya  dan akan ada jawaban yang sangat jelas yang bisa kalian ketahui  sesudah membaca bukunya

No comments:

Post a Comment