Wednesday, November 11, 2020

"Perubahan" Review Si Anak Kuat

 

Halo semua aku (Syauqi) balik lagi, kali ini aku akan me review buku “Si Anak Kuat” karya Tereliye.


Buku ini berasal dari serial buku Anak-Anak Mamak, yang bercerita tentang 4 bersaudara (salah satu serial Tereliye favoritku btw).  Buku yang satu ini berfokus kepada Amelia sang anak bungsu, aku sebagai anak sulung suka aja gitu liat sudut pandang lain. Aku juga suka buku ini karena karakter Amelia itu mirip adikku, cengeng. Tapi kalau dibukunya Amelia menjadi anak yang kuat mentalnya, kalo adekku kayaknya gak berubah wkwkwk.

Buku ini bercerita tentang perubahan, Amelia (biasa dipanggil Amel) dari anak yang cengeng, dan keras kepala menjadi baik hati dan sering membantu. Amel tetap keras kepala tetapi dalam cara yang jauh lebih baik, yang tadinya keras kepala tidak mau bangun tidur menjadi keras kepala memaksa temannya belajar.

Cerita ini dimulai dengan Amelia mengeluh, ya mengeluh. Karena dibangunkan oleh kakaknya Eli, dan entah kenapa mengeluhkan dirinya yang terlahir sebagai anak bungsu. Setelah keluhan itu kita dapat semacam introduksi, melihat kehidupan Amelia di sekolahnya. Amelia hanya memiliki satu teman dekat di sekolah yang bernama Maya. Dan seorang... musuh yang bernama Chuck Norris. Iya Chuck Norris kayak aktor terkenal itu. Karena ayahnya tergila-gila film aksi jadilah anaknya dinamakan Chuck Norris. Chuck Norris ini, walaupun  namanya terdengar konyol, nanti dia akan menjadi karakter penting. Maya sangat sangat membenci Chuck Norris karena kelakuannya yang serampangan dan pemalas. Amelia juga sangat pintar, ranking 1 dikelas, bahkan beberapa kali diminta Pak Bin (guru sekolah mereka) untuk membantu mengajar.

Nah sampai sini, aku berpikir, Amelia hidupnya lumayan tenang ya, walaupun sering mengeluh bahagia-bahagia juga. Aku salah karena tepat setelah introduksi nya selesai...bam! Kejadian besar pertama dimulai. Bermula ketika Amelia terus-menerus mengeluh tentang menjadi anak bungsu, kak Eli membencinya, dan seterusnya. Hingga ayahnya menjatuhkan hukuman kepadanya, “Kerjakan hal-hal yang biasa dikerjakan kak Eli selama seminggu.” Tidak terdengar begitu buruk bukan? Awalnya memang tidak begitu buruk. Hidup Amelia jadi tambah susah sedikit, tapi gak parah-parah amat. Hingga pada hari ke-4 atau 5 hukuman, Amelia diminta untuk mencari kayu bakar di hutan. Karena ini tugas yang susah, kak Eli tetap menemani. Mengumpulkan kayu bakarnya berlangsung lumayan lancar, tetapi lama-kelamaan Amelia bertambah lelah.

Hari menjelang malam saat keranjang kayu sudah penuh sehingga Amelia dan Eli beranjak pulang. Lalu Amelia terpeleset dan kakinya terkilir tidak bisa jalan. Tanpa basa-basi Eli langsung menggendongnya. Mengutip dari bukunya “Kau adikku, aku tidak akan pernah meninggalkan kau Amel”. Lalu Eli berjalan, lama, cukup lama bagi Amelia untuk merenungi hidupnya dan berhenti membenci kakaknya yang sangat menyayanginya. Eli pingsan kelelahan setelah sampai di rumah lalu dilarikan ke rumah sakit bersama Amelia yang  ternyata kakinya patah.

Selanjutnya diceritakan tentang kehidupan Ameia di sekolah,  pertemanan Amelia dengan Maya... dan perkelahian-perkelahiannya dengan Chuck Norris, yang mulai sekarang aku panggil Norris seperti Amelia memanggilnya. Dari mengganggu kelas, sampai cabut ketika lagi piket, Norris gak ada capek-capeknya bikin masalah. Dari sini, kalian mungkin bisa menyimpulkan bahwa Amelia, anak yang pintar dan baik, membenci Norris karena kelakuannya. Ya kalian benar..hingga serangkaian kejadian yang mengubah pikiran Amelia.

Kejadian pertama adalah ketika Amelia ngobrol dengan ayahnya dan mengetahui tentang perceraian ayah dan ibu Norris. Bahwa Julaiha, ibu Norris, yang tadinya bintang film jatuh cinta kepada ayah Norris, meninggalkan segala kemewahannya dan pergi tinggal di desa bersama ayah Norris. Dan perceraiannya terjadi karena Julaiha tidak tahan beban hidup dan menjadi gila. Perasaan Amelia terhadap Norris menjadi berubah. Yang tadinya benci menjadi kasihan. Lalu, tidak hanya mengetahui masa lalunya. Amelia juga diajak mengobrol oleh Pak Bin yang mengatakan bahwa  Norris, walaupun nakal adalah seorang anak yang pintar. Dan Amelia juga memikirkan kata-kata Pak Bin (karena Pak Bin guru yang hebat) mungkin Norris benar-benar pintar... Mungkin ia hanya trauma kehilangan ibunya, makanya menjadi nakal begini. Kecurigaan Amelia terbukti benar ketika ia bertemu Norris di Pasar Kalangan, semacam pasar minggu gitu. Dan ternyata ia dan Norris ingin membeli buku yang sama, sebuah buku geografi. Amelia sempat berpikir  “Norris kan tidak pernah belajar, kenapa dia mau beli buku seperti ini?” Tapi...entah kenapa Norris sangat menginginkannya, sampai membuat keributan dengan memaksa Amelia menjual ulang bukunya. Amelia sempat merenungi sebentar, tetapi karena bukunya sudah terbeli olehnya Amelia membawa bukunya pulang. Seenak jidat banget Norris mau membeli ulang. Tapi, sampai di rumah Amelia terhenyak. Mungkin Pak Bin benar, mungkin Norris memang anak pintar, mungkin dia bisa berubah. Lalu, Amelia memberikan buku itu kepada Norris.

Setelah pemberian buku itu kita bisa melihat “permusuhan” Amelia dan Norris berubah. Yang tadinya bermusuhan menjadi bersahabat. Belajar bareng, walau awalnya Amelia datang dan memaksa Norris untuk bealajar lama-kelamaan mereka menjadi teman. Amelia bahkan membantu Norris lulus ujian! (bukan nyontek ya wkwkwk, belajar bareng). Lalu... Terjadi suatu kejadian yang membuat kebencian  Amelia memuncak kembali.

Hari itu piket, Norris ikut Amelia memintanya membereskan peta dunia sekolah. Berhubung sekolah mereka sekolah desa kecil, mereka hanya memiliki satu peta dunia. Ditengah-tengah piket hujan deras mengguyur, Amelia tidak terlalu memikirkannya, memang musim hujan. Tetapi..ketika Amelia berjalan keluar setelah menyapu kelas, sebuah kejutan tidak menyenangkan menunggunya.  Norris pergi, peta dunianya ditinggal di teras sekolah, basah kuyup, hancur. Amelia mendatangi rumah Norris, lalu aku kutip dari bukunya “Kau merusak peta dunia milik sekolah! Tidakkah kau mau berpikir sedikit, hah? Tidakkah kau mau melakukan tanggung jawab dengan baik, hah? Apa susahnya kau bawa gulungan peta itu ke ruang guru, paling hanya tiga puluh detik”, dst. Amelia sangat marah, entah sampai kapan, berhari-hari kemarahannya belum kunjung reda. Norris tidak masuk sekolah, ya mau gimana masuk? Satu sekolah membencinya.

Sampai suatu hari Norris kembali dengan membawa peta dunia baru! Seluruh sekolah, bahkan Pak Bin terbengong-bengong. Karena peta itu ia buat sendiri! Dengan kemampuan menggambarnya yang spektakuler. Amelia bersyukur, ternyata usahanya selama ini tidak sia-sia. Memaksa mengajaknya belajar, memberikan buku geografinya, Norris ternyata berhasil menjadi orang yang lebih baik. Dan, dalam prosesnya, Amelia juga.

Itu tadi adalah 2 kejadian besar pertama buku ini. Kejadian yang membentuk karakter Amelia. Dari cengeng, tukang mengeluh, dan keras kepala menjadi mandiri, tahan banting, dan...tetap keras kepala, tapi untuk tujuan yang baik. Karakter Amelia bisa dibilang sudah matang disini. Kejadian-kejadian ini mempersiapkan Amelia untuk kejadian terbesar di buku ini. Bila kalian ingin tahu, silahkan baca bukunya.

 

No comments:

Post a Comment